ILMU LADUNI (buah ibadah dan tawasul)


Laduni adalah ilmu yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Para malaikat-Nya pun berkata: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami." (Al-Baqarah: 32)
Ilmu laduni dalam pengertian umum ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ilmu yang didapat tanpa melalui tahapan belajar (wahbiy). Kedua, ilmu yang didapat melalui usaha belajar (kasbiy).
Ilmu Wahbiy yaitu ilmu yang didapat tanpa melalui tahapan belajar. Ilmu ini terbagi menjadi dua macam:

Ilmu syar'iat

Ilmu Syar'iat, yaitu ilmu tentang perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (wahyu tasyri'), baik yang langsung dari Allah maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril. Jadi semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam alaihissalam hingga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah ilmu laduni termasuk yang diterima oleh Nabi Musa dari Nabi KhidirAllah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Khidhir: "Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Al-Kahfi: 65)
Di dalam hadits Imam Al Bukhari, Nabi Khidir alaihissalam berkata kepada Nabi Musa alaihissalam: "Sesungguhnya aku berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah yang telah Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau (juga) berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya juga."
Ilmu syari'at ini sifatnya kebenarannya mutlak, wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap mukallaf (baligh dan mukallaf) sampai datang ajal kematiannya.

Ilmu ma'rifat

Ilmu Ma'rifat (hakikat), yaitu ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan kasyf (wahyu ilham / terbukanya tabir ghaib) atau ru'ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya yang mukmin dan shalih.
Ilmu kasyf inilah yang dimaksud dan dikenal dengan julukan "ilmu laduni" di kalangan ahli tasawuf. Sifat ilmu ini tidak boleh diyakini atau diamalkan manakala menyalahi ilmu syari'at yang sudah termaktub di dalam mushaf Al-Qur'an maupun kitab-kitab hadits. Menyalahi di sini bisa berbentuk menentang, menambah atau mengurangi.

Ilmu kasbiy

Adapun bagian kedua yaitu ilmu Allah yang diberikan kepada semua makhluk-Nya melalui jalan kasb (usaha) seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berfikir dan lain sebagainya.
Ilmu ladunni diambil dari kalimat 'minladunna ilman', ... ilmu yang berasal dari sisi Kami (Allah) tercantum dalam QS. Al Kahfi : 65
" lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami"
yaitu ilmu yang langsung berasal dari Allah berupa ilham atau wahyu. Menurut para mufassir hamba Allah di sini adalah nabi Khaidhir, dan yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang tercantum dalam kisah nabi Musa dan nabi Khidhir berikut ini:
Musa berkata kepada Khidhir: bolehkah aku mengikutimu supaya mangajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ? Dia menjawab: sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan saggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ? Musa berkata: insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun. Dia berkata: kamu mengikutiku, maka janganlah kau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhir melobanginya, Musa berkata: mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya ? Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar. Dia (Khidhir) berkata: bukankah aku telah berkata : sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku. Musa berkata : janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku. Maka berjalanlah keduanya: hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhir membunuhnya. Musa berkata: mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain ? sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar. Khidhir berkata: bukanlah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku ? Musa berkata: jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku. Maka keduanya berjalan: hingga takala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: jikalau kamu mau niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidhir berkata: inilah perpisahan antara aku dengan kamu: aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya) Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari tuhanmu. Dan bukanlah aku melakukannua itu menuruti kemauanku sendiri, demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS. Al Kahfi:66-82)
Dari kisah tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu ladunni adalah ilmu mukasyafah (mampu melihat dengan pandangan bathinnya) yang berasal dari ilham maupun dari wahyu.
Juga dapat disimpulkan bahwa ilmu mukasyafah banyak bertentangan dengan ilmu syariat yang ada, sehigga tidak bisa dijadikan landasan hukum agama. Karena itu Musa selalu membantah apa yang dilakukan oleh nabi Khaidhir. Maka dari itu ilmu mukasyafah itu hanya untuk diri sendiri dan bagi yang mengerti ilmu ini saja, bukan dijadikan dalil hukum-hukum agama. Kecuali yang tidak bertentangan dengan nash Alqur'an dan Al hadist .
Ilmu mukasyafah ini bukan hasil mempelajari suatu ilmu tetapi merupakan ilham yang diletakkan kedalam jiwa orang mukmin yang hatinya bersih. Jika hal ini terjadi kepada kita maka kita diberi kefahaman untuk menangkap suatu kejadian yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. Karena jiwa yang bersih dapat melakukan komunikasi kepada sumber ilmu yaitu Allah yang maha mengetahui segala sesuatu.
Adapun manfaat ilmu mukasyafah ini adalah untuk menjaga dan mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi terhadap kita maupun terhadap lingkungan, sehingga kita bisa mengantisipasi sedini mungkin ... ittaquu firasatal mukmin ... percayalah kepada firasatnya orang-orang mukmin
Dikalangan ummat-ummat sebelum kalian telah ada muhaddatsun. Kalaupun ada seorang diantara ummat yang seperti itu maka dialah Umar bin khathab (mutthafaqun alaih )
Menurut Ibnu Atsir : penafsiran kata "muhaddatsun" pada hadist diatas adalah: mulhamun (orang-orang yang mendapat ilham) dan pengertian mulham (bentuk tunggal dari mulhamun) adalah orang yang disusupkan sesuatu kedalam jiwaanya, lalu dengan sesuatu tersebut dia mengabarkan dugaan dan firasat. Dan sesuatu tersebut merupakan salah satu jenis dari wahyu yang Allah istimewakan dengan siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya yang dipilih, seperti Umar bin khathab.
Bisakah jin menyakiti kita ?
Anda tidak akan bisa diganggu oleh makhluk jin jika anda meninggikan kesadaran anda menjadi jiwa yang selalu berserah diri kepada Allah, dengan demikian anda akan melihat alam-alam dibawah anda seperti jin dan syetan. Mengapa para wali dan nabi mengettahui keadaan alam dibawahnya, … karena mereka adalah orang-orang yang berserah diri. Dengan berserah diri kepada Allah seketika itu alam-alam tidak akan bisa mempengarui keadaan jiwa anda.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was dari syetan. Mereka mengingat Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. Al A'raaf:201)
Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan merteka semua kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash (berserah diri) (QS. Shaad: 83)
Jika anda seorang ahli hukum atau insinyur sipil … anda akan lebih mengetahui terhadap orang yang bukan ahli dibidang itu ... anda akan faham isi fikiran orang tersebut sampai dimana kemampuan orang tersebut masalah hukum maupun bangunan, … anda tidak bisa dibohongi oleh tingkah pola orang-orang yang bukan ahli, ... walaupun mereka mengatakan dirinya adalah insyinyur atau sarjana hukum.
Karena orang yang ingat adalah mengingat kepada Tuhan yang maha tak terjangkau maka jiwa anda adalah menembus wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh makhluk-makhluk seperti jin dan syetan ... itulah jiwa orang yang mukhlasin /mukminin …
Apabila jiwa anda sampai pada taraf ini, insya Allah ucapan anda adalah berupa do'a yang dikabulkan (sabda pandita ratu) mengucap sesuatu langsung terjadi … Atau ketika anda ingin sesuatu misalnya ingin makan sate … tiba-tiba merasakan rasa sate didalam mulut anda padahal anda tidak makan sate … kemudian tidak terlalu lama ada orang yang datang mengantar sate kepada anda … juga setiap anda mendo'akan orang biasanya langsung terjadi tidak terlalu lama …
Mudah-mudahan saya berkata begini bukan karena kebohongan atau cerita dongeng, ... benar-benar dialami oleh rekan-rekan jamaah dzikrullah

 
 
Barang siapa yang kehilangan Allah (tidak kenal Allah) maka ia kehilangan segala-galanya.
 ( Kumpulan Khutbah jum
at romo kyai).
 Dalam kitab kimiyai saadat, bahwa ada tiga jenis manusia yang tiadak akan bisamemahami alqur
an :
 - Pertama : Seorang yang tidak memahami bahasa arab-Kedua : Orang yang berkekalan dengan dosa-dosa besar dan bid
ah. Ini karena dosa dan
amalan bid
ah itu akan menghitamkan hatinya yg menyebabkan dia tidak mampu
memahami alqur
an.
 _ketiga :
Orang yang yakin hanya terhadap makna-makna dhahir saja dalam hal-hal aqidah (mengambil makna dhohir dari ayat/hadits mutasyabihat, aqidahnyabermasalah: mu
tazillah, mujasimmah dsb).
Perasaanya tidak dapat menerima apabiladia membaca ayat alqu
an yang bertentangan dengan keyakinannya itu. Orang yang
demikian tidak akan bisa memahami alqur
an.
 
Ya Allah Pel
iharalah kami daripada mereka!
 
Rujukan :
Al hikam, ibnu athoillah alasykanadary
 Buletin Islam Al Ilmu Edisi 31/II/I/1425
. (Buletin sesat wahaby)Fadhilah alqu
an penjelasan hadith ke 18, hal 25
-27, Syaikh Maulana Zakariyya, era ilmukuala lumpur.Kumpulan Khutbah Jum
at romo kyai, ponpes alfatah
-temboro, magetan jawa timur.Muntakhob ahadits, syaikh sa
ad, Pustaka ramadhan , Bandung.
 
Lampiran Hadits-hadits Pendukung:
 
1. Hadits Bukhari -Muslim :
 
“ 
 Dahulu ada beberapa orang dari umat 
-umat sebelum kamu yang diberi ilham. Kalaulahada satu orang dari umatku yang diberi ilham pastilah orang itu Umar.
(
Muttafaqun
alaihi
)
 
 
2. Hadits At Tirmidzi :
 
Ini bukan bisikan
-bisikan syaithan, tapi ilmu laduni ini merubah firasat seorangmukmin, bukankah firasat seorang mukmin itu benar? Sebagaimana sabda RasulullahShalallahu
alaihi wassalam:
“ 
 Hati
-hati terhadap firasat seorang mukmin. Karenadengannya ia melihat cahaya Allah
. (
H.R At Tirmidzi
).
3. Hadits riwayat Ali bin Abi Thalib
 
Ra
:
 
Hadits riwayat Ali bin Abi Thalib:
“ 
 Ilmu batin merupakan salah satu rahasia Allah
‘ 
 Azza wa Jalla, dan salah satu dari
hukum-hukum-Nya yang Allah masukkan kedalam hati hamba-hamba-Nya yangdikehendaki-Nya
.
 
4. Nasihat imam syafei :
 SCAN KITAB Dar al-Jil Diwan (Beirut 1974) p.34SCAN KITAB Dar al-Kutub al-`Ilmiyya (Beirut 1986) p.48Artinya :
ÝÞíåÇ
 
æ
 
ÕæÝíÇ
 
Ýßä
 
áíÓ
 
æÇÍÏÇ
*
ÝÅäí
 
æ
 
ÍÜÜÜÞ
 
Çááå
 
ÅíÜÜÜÇß
 
ÃäÜÜÜÜÕÍ
 
ÝÐÇáß
 
ÞÇÓ
 
áã
 
íÜÜÜÐÞ
 
ÞÜáÜÜÈå
 
ÊÞì
*
æåÐÇ
 
Ìåæá
 
ßíÝ
 
ÐæÇáÌåá
 
íÕáÍ
 
 
 Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalanitasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orangyang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinyatidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]sayang bait dari diwan ini telah dihilangkan oleh wahaby laknatullah dalam kitab diwansafei yg dicetak oleh percetakan wahaby
.
.
5. Nashihat IMAM MALIK RA:
 
æ
 
ãä
 
ÊÕæÝ
 
æ
 
áã
 
íÊÝÞå
 
ÝÞÏ
 
ÊÒäÏÞ
 
ãä
 
ÊÝÞå
 
æ
 
áã
 
íÊÕæÝ
 
ÝÞÏ
 
ÊÝÓÞ
 
æ
 
ãä
 
ÌãÚ
 
ÈíäåãÇ
 
ÝÞÏ
 
ÊÎÞÞ
 
dia yang sedang Tasawwuf tanpa mempelajari fikih rusak keimanannya , sementara dia
yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawwuf rusaklah dia . hanya dia siapamemadukan keduannya terjamin benar .
Hikmah kisah Hassan basri rah. dan Rabi
atul
-Adawiyyah rah.
 
Hassan Basri rah. berkata dengan niat hendak menunjukkan keramatnya kepadaorang lain yang ia dapat menguasai air (seperti Nabi Isa a.s. boleh berjalan diatas air). Rabi
atul
-Adawiyyah berkata,
Hassan, buangkanlah perkara yang sia
-sia itu. Jika kamu hendak benar memisahkan diri dari perhimpunan Aulia
Allah,
maka kenapa kita tidak terbang sahaja dan berbincang di udara?
Rabi
atul
-adawiyyah berkata bergini kerana beliau ada kuasa berbuat demikian tetapiHassan tidak ada berkuasa seperti itu. Hassan meminta maaf. Rabi
atul
-Adawiyyah berkata,
“  
Ketahuilah bahawa apa yang kamu boleh buat, ikan 
pun boleh buat dan jika aku boleh terbang, lalat pun boleh terbang. Buatlah suatu yang lebih dari perkara yang luarbiasa itu. Carilah ianya dalam ketaatan dan sopan-santun terhadap Allah.
”  








Semoga artikel ILMU LADUNI (buah ibadah dan tawasul) bermanfaat bagi Anda.

Apakah artikel ini bermanfaat?...Bagikan artikel kepada rekan via:

Posting Komentar

TERIMAKASIH KOMENTAR ANDA