bukit buruk dan bukit baik



Banyak perbuatan-perbuatan kita yang sering kita tidak mengenalnya atau 
menyadarinya. Perbuatan yang kita katakan jahat, jelek atau tidak sepantasnya dikerjakan oleh seorang manusia, kadang kita sendiripun mengerjakannya tanpa sadar. Atau sebaliknya, perbuatan yang kita katakan baik dan sepantasnya dilakukan oleh seorang manusia, seringkali susah sekali kita kerjakan padahal kita sejujurnya selalu menginginkan kebaikan. Pepatah lama mengatakan:"Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit". Saya rasa semua orang pernah mendengar bahkan tahu dan menerima kebenaran dari pepatah ini. Contoh yang paling gampang tentang pepatah tersebut dan selalu didengung-dengungkan, misalnya disekolah-sekolah dasar adalah kegiatan menabung. Orang dewasa juga tahu kok kalau yang namanya menabung itu ya memang demikian halnya. Menabung bukan selalu berarti berhubungan dengan uang. Dalam hal lain misalnya menabung kesehatan untuk masa tua yaitu misalnya dengan mulai mengurangi mengkonsumsi junk food, berhenti merokok, berolah raga teratur, rutin check up dan lain-lain yang berhubungan dengannya. Hal-hal yang secara materi terlihat seperti demikian, maka mudah sekali bagi kita untuk mengenalnya, karena ya memang terlihat secara fisik dan dapat diterima secara logika.
Sekarang, coba marilah kita melihat secara logika mengenai perbuatan-perbuatan kita. Mengenai keinginan kita sehingga melahirkan perbuatan-perbuatan yang nanti pada ujungnya akan ada penilaian mengenai perbuatan-perbuatan itu, baik atau buruk. Kemudian kombinasikan hasilnya dengan keinginan yang ingin dicapai. Maka dari situ harusnya kita bisa melihat bagaimana sebenarnya diri kita sendiri, tentang misalnya kejadian-kejadian buruk atau baik yang menimpa diri. Perbuatan juga tidak lepas dari kegiatan menabung. Sedikit-sedikit kita melakukan perbuatan buruk, maka lama-lama dia menjadi "bukit" buruk dalam diri kita. Sebaliknyapun demikian, sedikit-sedikit perbuatan baik, maka jadilah "bukit" baik dalam diri kita. Sebagai seorang manusia tentunya yang diinginkan adalah kebaikan. Bahkan seorang maling menginginkan yang terbaik setidaknya untuk dirinya sendiri.
Sering kita tidak menyadari, betapa mudahnya melakukan perbuatan baik dan buruk, apalagi yang kecil-kecil yang pastinya semuanya akan menjadi tabungan perbuatan kita baik dunia maupun akherat kelak. Semuanya hanya tinggal kita mau menyadarinya dan menjalankannya saja. Contoh perbuatan kecil yang buruk Membicarakan orang lain. Contoh perbuatan kecil yang baik; Menghindarkan orang dari bahaya, misalnya memindahkan paku dijalan umum. Tapi sebaliknya, tidak mudah untuk kita melakukan perbuatan baik dan buruk yang besar. Contohnya bahwa kita tidak melakukan perbuatan buruk besar, karena itu ber-sangsi dan semua tahu itu perbuatan buruk. Misal membunuh, merampok, semua ada sangsinya sehingga tidak mudah bagi siapapun untuk melakukannya. Demikian juga tidak mudah melakukan perbuatan baik yang besar, misal memberantas kejahatan. Yang ini memang tidak ber-sangsi, tapi pelakunya akan mendapat penghargaan besar dari masyarakat sekelilingnya yang menginginkan kebaikan bila pelaku tersebut berhasil.
Tapi bagaimana kecenderungan orang pada kenyataannya? Setiap orang tanpa terasa sering melakukan perbuatan kecil yang buruk, karena itu mudah dilakukan. Mereka tidak melakukan perbuatan baik yang kecil karena mungkin merasa tidak ada penghargaan dan jelas tidak akan melakukan perbuatan buruk yang besar karena ada sangsi. Tapi disamping semua itu, mereka menginginkan untuk melakukan perbuatan baik yang besar karena ingin kebaikan dan penghargaan. Maka yang terjadi dalam dirinya adalah "bukit" buruk yang semakin membesar karena terus-terusan melakukan perbuatan buruk yang kecil-kecil, dan rasa putus asa atau frustasi karena tidak berhasil mengerjakan perbuatan baik yang besar. Akhirnya jadilah sebuah masyarakat apatis yang terus melakukan perbuatan buruk yang kecil-kecil. Hal ini tentunya bukan hal yang diinginkan oleh siapapun.
Maka marilah kita mencoba untuk mengerjakan perbuatan baik yang kecil secara sering karena itu sebenarnya mudah untuk dilakukan. Bila kita sudah terbiasa melakukannya, maka Insya Allah kita akan lupa untuk mengerjakan perbuatan buruk yang kecil yang juga mudah untuk dilakukan, dan tanpa terasa, "bukit"  yang terbangun dalam diri kita adalah "bukit" baik yang pastinya merupakan tabungan bagus untuk hidup kita di dunia maupun akherat. Bila "bukit" itu semakin besar, maka tentunya ia akan "menyembul" keluar dan akan terlihat dari luar. Si pemilik "bukit" itu tentunya sudah siap dan kuat untuk membopong "bukit" tersebut karena "bukit" itu dibangun secara sedikit demi sedikit. Sama halnya seperti seseorang yang memiliki uang tabungan banyak hasil dari pengumpulan yang sedikit demi sedikit selama bertahun-tahun. Uang itu tidak akan menjadikannya sombong ataupun royal dan dia akan bersikap bijaksana dalam menggunakannya. Bandingkan dengan sikap orang yang katanya ketiban rejeki, sekaligus dapat uang banyak dalam pengertiannya dan dalam waktu yang sesaat. Pengalaman membuktikan bahwa mudah sekali uang tersebut habis! Easy come, Easy go, kalau dalam bahasa Inggrisnya. Maka bila "bukit" yang "menyembul" tersebut adalah dari sebuah masyarakat yang merupakan  "bukit" baik yang kian membesar, maka tentunya secara tidak langsung "bukit" - "bukit" baik tersebut akan dengan mudah melibas "bukit" - "bukit" buruk yang tentunya jauh lebih kecil. Karena tidak ada yang menabung perbuatan buruk di dalam masyarakat tersebut.
Semua itu berpulang pada kita semua, maukah masing-masing dari kita menabung perbuatan baik yang kecil-kecil dan mudah dilakukan sehingga akan membentuk "bukit" baik yang kian membesar dan toh akan berdampak baik pula untuk diri sendiri yang melakukannya.  

Semoga artikel bukit buruk dan bukit baik bermanfaat bagi Anda.

Apakah artikel ini bermanfaat?...Bagikan artikel kepada rekan via:

Posting Komentar

TERIMAKASIH KOMENTAR ANDA