Home »
Pengetahuan
» Mati Lampu, Gaya Hidup dan Mati Aku
Mati Lampu, Gaya Hidup dan Mati Aku
Tahun 1975
Sesosok bayi lahir di Jayapura, di sebuah rumah sakit dok A, pada malam gelap dengan diiringi gemuruh guntur dan hujan, karena waktu itu Papua sedang diselimuti badai laut pacific. Hanya penerangan lampu cempor yang menerangi jalan lahirnya putra pertama seorang pegawai BUMN Telekomunikasi.
Sang ayah baru pulang bertugas, dengan masih mengenakan helm dan seragam dinas yg sudah habis termakan hujan dan debu jalanan. Dengan tergopoh-gopoh dan senyum yang mengembang, sang ayah bergegas menuju ruang pembersihan bayi, lalu berkumandanglah adzan dan qomat diruangan tersebut.
Lelanange Jagad telah lahir diujung negeri ini.
Papua masih akrab dengan kegelapan, lampu2 penerangan jalan hampir tidak terlihat nampak menerangi jalanan. Tetapi tidak pernah terjadi hysteria massa karena kegelapan. Hanya rumah-rumah pejabat dan kantor-kantor pemerintahan yang menikmati matahari malam. Bapak mendengarkan berita lewat radio, yg sumber energinya menggunakan batu battery.
Sumber penerangan masyarakat pada umumnya adalah lampu petromax. Nyalan apinya berkibar-kibar jika ada angin. Membacapun sulit…
Tahun 1985
Dah di Surabaya nih, ceritanya sekarang sudah agak terangan. O ya, bapak sudah punya TV, hitam putih sih, tapi okelah. Aku ingat ketika tahun 1982, ketika Piala Dunia diadakan di Argentina, dimana Argentina kemudian keluar sebagai juara dunia, dengan pemain bintangnya Mario Kempes.
Pada saat itu saluran TV hanya ada TVRI, yang bisa dinikmati mulai jam 5 sore sampai jam 12 malam, sedangkan pada hari minggu TVRI tayang lebih awal sejak jam 8 pagi. Trus mulai ada kulkas tuh. Dan yang pasti membaca tidak sulit lagi, kan pake lampu bohlam. Heheheh….
Tahun 2005
Aku sudah mandiri dan telah bekerja di Jakarta. Terang banget yak ibu kota tercinta ini. siang ataupun malam hampir sama terangnya. Hingga untuk istilah plesir malam disebut dugem (dunia gemerlap), benar2 gemerlap lampu disana-sini. Dan kalo siang terasa dingin, karena gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, rumah mewah, agak mewah, rss ataupun kamar kost memakai AC. Benar-benar nyaman ya…
O ya, lupa, mau ngecharge HP dulu ah…
Tahun 2008
Masih di Jakarta juga. Pada tahun 2005 aku punya satu TV, sekarang sudah punya 2 TV, satu untukku sendiri dan satu lagi untuk anak dan istri. Biar ngak rebutan…Terang benderang deh rumahku, baik oleh cahaya lampu maupun oleh pancaran layar TV.
Biasanya aku nonton TV sambil maen game di PC ku. Dan sambil ngopi, sekarang mah enak banget, air panas tinggal ambil dari dispenser, teknologi….teknologi….
Dan sebelum tidur, biasanya ada ritual ngecharge HP, o ya dikeluargaku ada 5 HP, 3 milik ku (1 GSM, 1 Blackberry, 1 CDMA) dan 2 milik istriku (1 GSM, 1 CDMA). Langsung deh colokan listrik ramai peminat.
Suatu sore, ketika aku buka detik.com, aku serasa mendengar guruh menggelegar, langit kelam dan aku pun mendadak linglung….Otakku bekerja, waduh bisa busuk tuh makanan kesukaanku dikulkas yang baru dikirim ibuku dari bandung, waduh aku ngak bisa nonton TV dan maen game nih, waduh ada air panas ngak ya dirumah, waduh battery HP ku masih kuat ngak ya, waduh anak aku nanti malam bakal rewel nih…waduh….dan seribu waduh lainnya.
Nanti malam daerah rumahku kena pemadaman…..MATI AKU….. . . . Sumber: entahlah. waktu saia copas dari blog sobat, saia lupa copy alamat blog-nya. setelah saia tanyain mbah google sesuai judul, ternyata nyasar ke sebuah forum. Berarti artikel aslinya dari forum tersebut kali ya?
Semoga artikel Mati Lampu, Gaya Hidup dan Mati Aku bermanfaat bagi Anda.
Artikel terkait Mati Lampu, Gaya Hidup dan Mati Aku
Label:
Pengetahuan
Posting Komentar
TERIMAKASIH KOMENTAR ANDA