cerita sahabat #cerpenpeterpen
Dulu aku tak pernah merasakan rindu ini untukmu, dulu aku hanya tau kamu ada di hidupku, cukup itu. Dulu kita hanya bagian yang terpisah, ada jarak yang sangat panjang antara kita. Dulu kita hanya sebuah keegoisan yang tinggi yang takkan pernah bisa bersatu. Dulu kita tak saling tersenyum untuk saling menghibur
Bayangkan ku melayang
Seluruh nafasku terbang
Bayangkan ku menghilang
Semua tanpa mu teman
Bila nafasku lepas
Semua langkahnya lelah
Semua waktu yang hilang
Tapi bayangmu tetap
Seluruh nafasku terbang
Bayangkan ku menghilang
Semua tanpa mu teman
Bila nafasku lepas
Semua langkahnya lelah
Semua waktu yang hilang
Tapi bayangmu tetap
Sekarang semuanya berubah, aku mencintaimu. Cinta setelah keluargaku. Aku bahkan selalu membayangkan senyummu, aku selalu berdoa untukmu, selalu hadir untuk menyemangatimu. Aku takut kehilanganmu. Aku bahkan ingin waktu berhenti hanya biarkan aku tertawa bersama denganmu
Ingat ’kan aku semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, kita percaya
Kita terbakar arang dan tak pernah lelah
Ingat ’kan aku semua semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, kita percaya
Kita terbakar arang dan tak pernah lelah
Ingat ’kan aku semua semua, wahai sahabat
Waktu terus berlalu, aku sudah terlalu dekat denganmu, aku menjalani hampir seluruh hari-hariku denganmu. Kita bernyanyi bersama, kita belajar hidup bersama, kita berjuang bersama. Kita tau pada akhirnya kita akan terpisah, pertemuan adalah awal dari perpisahan, ya semua orang tau itu. Tapi kita tetap menuliskan kenangan-kenangan bersama.
Kita tak menghiraukan disekitar kita, kita bangga menjadi diri kita sendiri. Kita bahkan bahagia dengan apa yang kita lakukan sendiri.
Pernah suatu saat aku sedih, lalu kamu (selalu) hadir dan membuatku tersenyum, membuatku lupa akan semua masalah yang ada,dan membuatku kembali bersemangat. Pernah suatu saat aku menangis, lalu kamu memelukku berkata “semuanya akan baik-baik saja”. Bagiku saat-saat seperti itu adalah saat-saat indah dimana aku mulai belajar dewasa darimu.
Ingat ’kan aku semua semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, wahai sahabat
Kita bagai cerita, wahai sahabat
Ingat ’kan aku semua semua, wahai sahabat
Wahai sahabat…..wahai sahabat….
Kita untuk selamanya, wahai sahabat
Kita bagai cerita, wahai sahabat
Ingat ’kan aku semua semua, wahai sahabat
Wahai sahabat…..wahai sahabat….
Aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjagamu,
Kita adalah satu keajaiban yang bersatu. Kita akan selalu bersama mekipun raga ini tak dekat. Kita dalam satu cita yang sama yang akan kita wujudkan nanti. Meskipun kelulusan itu membuat kita jauh, tapi ingatlah tentang mimpi “rumah sehat”. Mimpi yang sangat luar biasa, cita-cita kita, empat puluh satu orang dengan masing-masing keunikannya. Aku akan selalu dan selalu mengingat kalian dalam setiap doaku, aku akan selalu merindukan kalian dalam setiap langkahku, aku akan selalu mengingat kamu, ya kamu IPA5, kelas tercintaku.
Pernah kubertanya, apa kita perlu berpisah jika bersama-sama lebih indah? Ya, hanyalah waktu yang bisa menjawab. Akankah kita bertemu esok di masa depan.
xxxxxxxxx
terinspirasi dari lagu sahabat-peterpan
. . . . Sumber: entahlah. waktu saia copas dari blog sobat, saia lupa copy alamat blog-nya. setelah saia tanyain mbah google sesuai judul, ternyata nyasar ke sebuah forum. Berarti artikel aslinya dari forum tersebut kali ya?
Semoga artikel cerita sahabat #cerpenpeterpen bermanfaat bagi Anda.
Artikel terkait cerita sahabat #cerpenpeterpen
Sastra
- Fakta-Fakta Seputar Kurikulum 2013
- Coordinating Conjunctions
- Pengertian & Contoh Correlative Conjunction
- Tanpa Sadar, Aku Menolongnya Hidup
- Sheila
- “GITAR FLAMBOYAN”
- Menunggu bintang Terang
- +Tanpa Suara+
- Beri Aku Waktu
- Tercipta Untukmu
- Cantik
- Wajah
- #cerpenpeterpan permintaan maafku...?
- Luna Bukan Kopaja
- num lock
- Sms anak alay sama orang tua
- saya dulu cowok ganteng satu sekolah
- Tagging Nama di Facebook Bisa Berakibat Panjang
- Aku Ingin Mencintai dan Melupakanmu dengan Sederhana
- Seingatku Kita Pernah
- Buka Puasa Saja
- Sahur Kami Saja
- Logika Tak Suka Cinta
- Sajak Di Ujung Telepon
Label:
Sastra
Posting Komentar
TERIMAKASIH KOMENTAR ANDA